BUDAYA – Indonesia memiliki perbedaan dari beberapa negara lain yang ada di penjuru dunia, keunikan dan keanekaragaman suku budaya memberikan warna tersendiri buat Indonesia. Setiap daerah yang terletak di Indonesia memiliki cerita khas yang melatarbelakangi terbentuknya suatu daerah ataupun menjadi cikal bakal nama pada daerah itu sendiri.
Tidak terlepas dari budaya tutur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang menceritakan kepada anak-anak, bahkan orang dewasa seperti kejadian masa lampau raja-raja pemberani atau kesatria yang memiliki kemampuan supranatural yang tinggi, namun tidak semua cerita bernuansa mengenai tokoh pada suatu daerah adapun berbagai cerita mengenai fenomena atau kejadian mistis yang dianggap sakral pada suatu daerah memberikan pengaruh untuk menjadikan platform suatu daerah.
Sama halnya seperti cerita di salah satu daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, tepatnya di Kecamatan Palasa, asal muasal nama Palasa memiliki cerita tersendiri yang membedakan dengan daerah lainnya.
Menurut Sejarawan Kecamatan Palasa, Ismail Palabi (1996-1997), Palasa itu sendiri pada awalnya sesuai dengan cerita rakyat zaman dahulu kisah dari mulut ke mulut semula nama aslinya Papontian. Papontian itu sendiri merupakan bahasa suku lauje yang terdiri dari dua kata yakni “Pa” artinya tempat/pemukiman sedangkan “Pontian” artinya Puntianak.
Selanjutnya Sekitar tahun 1809 ada seekor Ikan besar terdampar di tepi pantai Papontian tepatnya teluk Imboung saat ini poros jalan Tani, Ikan besar yang terdampar berukuran kurang lebih panjang 15 m, lebar 5 m dan tinggi tubuhnya 3 m. Kondisi Ikan besar pada saat itu dalam keadaan mati lemah terbujur diatas batu-batu karang sekitar pantai, salah satu peneliti mengungkapkan bahwa ikan besar tersebut sejenis Ikan Layar dan Ikan Besar itu sesuai dengan bahasa Lauje yaitu “Iange Papalasa”.
Dengan peristiwa kematian ikan Papalasa tersebar kabarnya kesegenap kawasan Teluk Tomini dan membawa keheranan para pelaut tempo itu karena permukaan laut berminyak selama 6 bulan, maka peristiwa itu pula yang merubah nama Papontian menjadi Papalasa hingga kini di sebut Palasa.
Olehnya kedepan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong dengan cerita terkait asal muasal penamaan Palasa yang berasal dari ikan besar “Papalasa” yang terdampar, dapat dibuatkan sebuah monumen yaitu tugu ikan sebagai representasi sejarah kedaerahan yang dapat disaksikan secara seksama dari generasi saat ini untuk generasi berikutnya.(**)
Oleh: Miftahul Afdal
Pegiat Budaya dan Mahasiswa Sosiologi Universitas Tadulako