KOREKSINEWS.id – Grup-grup percakapan WhatsApp pagi ini dipenuhi seliweran berita, artikel, nasehat, juga pariwara tentang corona. Kiat-kiat menghindari virus corona dan tips-tips kesehatan, datang bertumpuk dan berselang-seling. Tulisan-tulisan yang dibagikan datang dari dokter, penulis kesehatan, tokoh pemerintah, ahli farmasi, tokoh agama dan lain-lain. Banyak. Dan cukup.
Virus corona telah hadir di pekarangan kita, Indonesia, seperti 70 negara lain di dunia. Hingga kemarin, jumlah kasus virus corona di dunia mencapai 90.000 an orang, 80.000 di antaranya di China.
Di luar optimisme bahwa virus ini sesungguhnya tidak ganas, tingkat kematian yang sangat rendah, tingkat kesembuhan pasien yang tinggi — Vietnam bahkan melaporkan seluruh pasien terjangkit virus corona di negara itu sudah sembuh, dan hampir 40.000-an orang di China sudah pulih — pertanyaan kita adalah: sampai kapan dunia gelagapan oleh serangan virus ini?
Dari berbagai informasi yang datang kita tahu: dunia tengah berpacu dengan waktu menemukan obat dan vaksin untuk menyembuhkan dan mencegah virus corona. Di pojok-pojok laboratorium di berbagai belahan bumi yang sepi, dari Amerika Serikat, Rusia, Australia, Israel, sampai Kanada, para ilmuwan tengah berkutat dengan spesimen, reagen, formula obat, dll demi vaksin penyelamat umat manusia yang mudah panik ini.
Ribuan orang ini seolah-olah tengah melawan Bertrand Zobrist, tokoh dalam novel Dan Brown, Inferno, yang hendak mengurangi populasi manusia di bumi dengan cepat dengan menciptakan wabah. Jika Robert Langdon berjuang mencari virus yang tersembunyi dengan berlapis-lapis sandi, para ilmuwan di lab-lab besar dunia saat ini justru sudah menghadapi virus itu untuk diuraikan penangkalnya.
Di Jenewa, Swiss, pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengumumkan, dari kerja keras para ilmuwan dunia, sudah terdapat lebih dari 20 kandidat vaksin pencegah virus corona. Salah satunya dikembangkan di laboratorium Moderna, sebuah perusahaan bioteknologi di Amerika Serikat. Vaksin bernama mRNA-1273 itu akan menjalani uji klinis pada manusia bulan depan.
Di luar Amerika Serikat, ilmuwan peneliti di lab-lab besar Pasteur Institue di Perancis, University of Melbourne dan University of Queensland di Australia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Tiongkok, Acumen Research Laboratories di Singapura, sampai Institut Penelitian Galilea MIGAL di Israel semua sibuk mencari vaksin anticorona. Semua berpacu dengan waktu. Mereka didanai dengan uang besar dari pemerintah berbagai negara, industri obat, sampai lembaga donor.
Sekali lagi: sampai kapan? Ya kita menunggu hasil kerja mereka, seraya mempraktikkan gaya hidup sehat seperti yang informasinya berseliweran pagi ini di grup-grup percakapan WhatsApp dan media sosial itu. Karena hidup harus terus berjalan.(**)
Penulis: Tomi Lebang