Cegah Krisis Ekonomi, Ketua MPR Ajak Warga Targetkan Zero COVID-19

JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan target zero pasien COVID-19 sebagai tekad bersama. Tekad ini penting diwujudkan untuk mencegah terjadinya krisis atau kebuntuan akibat penghentian aktivitas perekonomian yang berlarut-larut.

“Sangat berbahaya jika penerapan pembatasan sosial berlarut-larut. Durasi pembatasan sosial yang berkepanjangan tidak hanya memenjarakan masyarakat di rumah masing-masing, tetapi juga akan menuntun semua orang ke dalam perangkap kebuntuan yang bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan,” ujar Bamsoet di Jakarta, Minggu (26/4/2020).

Mantan Ketua DPR RI ini menegaskan pembatasan yang berlarut-larut akan memerangkap semua orang pada kebuntuan. Sebab, tidak ada lapangan kerja yang tersedia, walaupun semua orang ingin bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau upah. Pada gilirannya yang terjadi kemudian adalah menggelembungnya jumlah warga miskin.

“Situasi saat ini memang masih belum terjadi kebuntuan. Karena, semua orang masih berharap pandemi COVID-19 segera berakhir. Sehingga, dinamika kehidupan bisa segera pulih. Penderitaan akibat menurun atau hilangnya nilai penghasilan komunitas pekerja juga masih bisa diatasi dengan jaringan pengaman sosial yang disediakan pemerintah,” tutur Bamsoet.

Namun, dia mengingatkan jika pandemi COVID-19 tidak segera bisa diakhiri, pembatasan sosial dengan ragam ketentuan pengetatan tentunya harus berlanjut. Akibatnya, pabrik berhenti produksi. Kegiatan distribusi dibatasi dan diperketat.

“Tak hanya itu, layanan transportasi massal dikurangi dalam skala ekstrim. Pusat belanja (mal) dan restoran harus tutup. Sehingga, konsekuensinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terhindarkan,” ucapnya.

Bamsoet menuturkan saat ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta, tidak kurang dari 30 ribu pekerja sektor pariwisata terancam kehilangan pekerjaan. Bali juga berpotensi rugi hingga Rp 135 triliun akibat sepinya wisatawan. Maskapai penerbangan lokal mencatat rugi lebih dari Rp2 triliun. Para petani dan buruh sawit terancam kelaparan akibat ekspor sawit melambat.

“Itulah penggalan dari keseluruhan penderitaan masyarakat akibat pandemi COVID-19 yang mengharuskan diterapkannya pembatasan sosial dengan ketat. Tentu sangat banyak karyawan yang dirumahkan atau berkurang pendapatannya,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan untuk menghindari kebuntuan, sejumlah negara mulai melonggarkan ketentuan penguncian atau lockdown. Pemerintah Tiongkok telah mencabut status isolasi provinsi Hubei dan Wuhan. Begitu juga dengan Korea Selatan. Di Eropa, mulai dari Itali, Spanyol, Jerman, Prancis, Denmark hingga Austria dan Ceko juga melakukan hal yang sama. Sejumlah kegiatan produktif masyarakat pun mulai bergeliat lagi.

“Jika ingin tidak terjadi kebuntuan akibat terhentinya aktivitas perekonomian, masyarakat Indonesia harus berambisi segera memulihkan semua sendi dinamika kehidupan. Syaratnya, harus ditumbuhkan kesadaran dan keinginan memutus rantai penularan COVID-19 secara bersama,” pungkasnya.#Ega/Red

Tinggalkan komentar