OPINI – Jungkir balik, itu kata yang mewakili keresahan penulis melihat kondisi pendidikan di tanah air.
Selanjutnya Negeri, Kenapa Bukan Negara?
Kalau negeri konotasinya bisa tanah kelahiran atau tanah air. Sementara Negara (State) Pendekatannya bisa politik atau pemerintah dalam berbagai kerangka, Bisa Demokrasi, Oligarki dan lainnya.
Nah, lebih seru lagi dengan istilah +62. Supaya lebih sedikit nyentrik, itu adalah kode nomor telepon di Indonesia. Kode itu juga tidak asing karena acapkali digunakan di media sosial.
Kalau para netizen, buzzer dan fans club partai politik yang wara-wiri di dunia yang tidak nyata alias dunia maya, paling jago mereka saling sindir menyebut Indonesia dengan kode itu.
Belum selesai, itu masih membedah judul. Kembali ke pembahasan pendidikan, belajar dirumah melalui TVRI. Secanggih apapun teknologi tidak mampu menggantikan sosok guru.
Kalau ilmu Pengetahuan bisa saja teknologi memberikan edukasi (transfer of knowledge), tetapi tidak mampu memberikan rasa dan nilai (transfer of value).
Pendidik tidak bisa digantikan oleh televisi jika hasil akhir dari pendidikan yang kita harapkan adalah akhlak.
Jika pembelajaran di televisi berkepanjangan, siap-siap generasi kita menjadi manusia robot.
Banyak persoalan pendidikan, tetapi penulis membahas hal itu saja dulu di momentum hari Pendidikan Nasional saat ini.*
Oleh: Arman Seli Penulis Adalah Masyarakat Sipil Tidak Bersenjata