MAMUJU – Ketidakakuratan data produksi padi telah diduga banyak pihak sejak 1997. Studi yang dilakukan oleh BPS bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1996/1997 telah mengisyaratkan overestimasi luas panensekitar 17,07 persen, data luas bahan baku sawah juga dilaporkan cenderun meningkat meskipun fakta dilapangan menunjukkan terjadinya pengalihan fungsi lahan sawah untuk industri, perumahan atay infrastruktur yang tidak bisa diimbangi oleh pencetakan sawah baru.
Upaya untuk memperbaiki metodologi perhitungan produksi padi baru dilakukan pada tahun 2015. BPS bekerjasama dengan BPPT, Kementerian ATR/BPN, BIG, serta LAPAN berupaya memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.
Melalui konfrensi pers di aula BPS Provimsi Sulbar jalan Martadinata, Senin 2 Maret 2020, Win Rizal Kepala BPS Prov. Sulbar, menyampaikan bahwa luas panen padi di Prov. Sulbar pada tahun 2019 diperkirakan sebesar 62,58 ribu hektar atau mengalami penurunan sebanyak 2,72 ribu hektar atau 4,17 persen dibandingkan tahun 2018.
Lanjut disampaikan bahwa perkembangan luas panen padi menurut Kabupaten di Prov Sulbar dari 2018-2019, Majene ; -19,02 persen, Polman ; -5,60 persen; Mamasa ; 4,06 persen, Mamuju ; -6,45, Pasangkayu ; -49,54 dan Mamuju tengah ; 4,12 persen.
Untuk perkembangan Produksi Padi menurut Kabupaten di Prov Sulbar dari 2018 – 2019, Majene ; – 2,20, Polman ; -12,13 persen ; Mamasa ; -2,07, Mamuju ; 17,30 persen, Pasangkayu ; -50,04, Mamuju Tengah ; 17,16 persen.
Kemudian untuk Perkembangan Produksi Beras Menurut Kabupaten di Provinsi Sulbar dari 2018- 2019, Majene ; -2,20 persen, Polman ; -12,13, Mamasa ; -2,07, Mamuju ; 17,30 persen, Pasangkayu ; -50,04 persen, Mamuju Tengah ; 17,16 persen.#rls/siar.