Ramadhan, Prostitusi Online Bertarif hingga Rp10 Juta Tetap Beroperasi

SURABAYA – Unit Jatanras Polrestabes Surabaya, Jawa Timur menangkap tujuh mucikari prostitusi online. Mereka berasal dari sindikat yang sama. Jaringan itu melayani tamunya di hotel. Bisnisnya pun tetap berjalan ketika bulan Ramadhan.

Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya Iptu Agung Kurnia Putra mengatakan, bisnis lendir para tersangka itu terendus saat jajarannya melakukan patroli siber. Di sebuah aplikasi media sosial (medsos), sindikat tersebut menawarkan servis esek-esek.

Unit jatanras kemudian mendalami temuan tersebut. Diketahui, sindikat mucikari online itu memilih sebuah hotel di kawasan selatan Kota Pahlawan sebagai tempat transaksi dengan tamunya.

”Hotel itu kami gerebek,” katanya Jumat (15/5/2020).

Dari salah satu kamar hotel, petugas menemukan tujuh perempuan. Mereka sedang menunggu pria hidung belang. Berdasar pemeriksaan, mereka ternyata dikendalikan mucikari.

Informasi itu kemudian ditelusuri. Mucikari pengendalinya lantas ditangkap tidak lama berselang.

“Diamankan tanpa perlawanan,” jelasnya.

Mucikari yang diringkus tujuh orang. Empat orang di antaranya perempuan. Yakni, Selvia Andriani, Diah Nur Aini, Dwi Mariyanti, dan Dadan. Tiga orang lagi pria, yaitu Akmal Muyassar, Wiyono, dan Aziz Haryanto. Mereka digiring ke mapolrestabes bersama tujuh perempuan yang dijajakan.

”Jadi, satu mucikari pegang satu wanita,” jelasnya.

Agung menerangkan, para perempuan pemuas nafsu pria hidung belang itu masih berstatus saksi. Berdasar penyidikan, mereka adalah korban. ”Hanya mucikari yang jadi tersangka,” tuturnya.

Lulusan Akpol 2013 itu memaparkan bahwa sindikat tersebut berasal dari Bandung. Mereka menginap di sekitar hotel tempat penggerebekan. ”Hampir satu bulanan di sini,” katanya.

Agung mengatakan, kelompok itu sengaja datang ke metropolis untuk mencari tamu. Surabaya dipilih karena statusnya kota besar. ”Dari analisis mereka bisa dapat banyak tamu,” lanjutnya.

Agung mengungkapkan, tarif bisnis esek-esek itu beragam. Mulai Rp5 juta sampai Rp 10 juta. Harga tersebut termasuk sewa kamar hotel tempat transaksi.

”Layanannya terbagi menjadi dua. Long time dan short time,” ucap polisi dengan dua balok di pundak itu.

Menurut dia, seluruh transaksi dengan pria hidung belang diatur oleh mucikari. Mereka pulalah yang menawarkan perempuan binaannya di medsos. Mucikari mendapatkan komisi 20 persen dari nilai transaksi.

Agung menyatakan masih mendalami sepak terjang sindikat mucikari online tersebut. Dia ingin mengusut jaringannya. ”Dugaan kami sindikat lintas kota,” ungkapnya.#JPC/ed Jay.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *